Jumat, 26 Februari 2010
Hijab
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dear Ikkwan dan Akhwat dalam iman,
Tulisan ini bukan hanya untuk perempuan tetapi juga untuk laki-laki supaya laki-laki juga dapat memberitahu & men-support kakak/adik perempuannya, saudara-saudara perempuannya, ibu-nya, teman-teman perempuannya, kerabat-kerabat perempuannya untuk memakai Jilbab.
Sabda Nabi Muhammad Saw :
“Barang siapa mengajak (orang) ke jalan hidayah adalah baginya mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang-orang yang mengikutinya. Pahala yang ia dapatkan itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka barang sedikitpun”.
“Barangsiapa mengajak (orang) untuk berbuat kesesatan adalah atasnya bagian dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya. Dosa yang ia peroleh tidak mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikitpun”. (HR.Muslim).
Dienul-Islam bukan saja mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya tetapi juga mengatur hubungan antar sesama manusia. Bahkan Islam mengatur seluruh aspek kehidupan insani, termasuk mengatur masalah pakaian ini sangat penting dan sensitif sekali.
Apakah yang di maksud dengan Jilbab, Kerudung, Hijab, Purdah, Cadar..?
1. JILBAB > Berasal dari bahasa Arab yang jamaknya Jalaabiib, artinya : Pakaian yang lapang/luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang ditampakkan.
• Sabda Nabi Muhammad Saw : “Jelaslah bahwa tubuh wanita adalah aurat yang wajib di tutup kecuali muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya”. (HR.Tirmidzi).
2. KERUDUNG > Berasal dari bahasa Arab ‘Khimaar’, jamaknya Khumur yang berarti tutup/tudung yang menutup kepala, leher, sampai dada wanita. Litsaam mirip Khimar, tetapi hanya mata yang tampak.
3. HIJAB > Hijab berasal dari kata Arab "Hajaba" yang berarti untuk menyembunyikan dari pandangan atau disembunyikan. Pada saat ini, konteks Hijab adalah menutup sederhana perempuan Muslim.
• HIJAB > Berasal dari bahasa Arab, artinya : sama dengan tabir atau dinding /penutup. Pengertian yang dimaksud dari Hijab atau Tabir disini adalah Tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan/membatasi baik berupa tembok, bilik, korden, kain, dan lain-lain.
4. PURDAH > Dapat diartikan dengan Burdah, yaitu pakaian luar atau tirai yang berjahit mirip dengan 'Abaa-ah/'Abaayaa.
5. CADAR > Kain penutup muka atau sebagian wajah, hanya matanya saja yang tampak. Bahasa Arab-nya Khidr atau Tsiqabsinonim denganBurqu' : Marguk.
HUKUM memakai JILBAB/KERUDUNG : Hukumnya WAJIB.
HIJAB/TABIR : Hukumnya SUNNAH.
PURDAH/CADAR : Hukumnya Islam tidak mewajibkan hal ini.
ALLAH mensyariatkan pakaian manusia untuk menutupi aurat mereka sebagai penjagaan kehormatan.Artinya memakai jilbab sebagai pelaksanaan syariat ALLAH berarti mengenakan pakaian taqwa.
QS.Al-A'raaf (7) : 26-27 :
“Hai anak-anak Adam ! Sesungguhnya KAMI telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa itulah yang paling baik. Demikianlah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan ALLAH supaya mereka ingat”.
“Hai anak-anak Adam ! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syetan sebagaimana halnya dia telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, dan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kedua auratnya. Sesungguhnya dia (syetan) dan kaumnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya KAMI telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”.
Hukum memakai Jilbab > Islam mewajibkan wanita memakai Jilbab.
Perempuan yang Wajib berjilbab :
QS.An-Nuur (24) : 31 > "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, & janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat (muka & ke 2 telapak tangannya). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung/jilbab ke dadanya, & janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada > Suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka (mertua), atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka (kakak/adik kandung atau kakak/adik ipar) atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan), atau putra-putra saudara perempuan mereka (keponakan), atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan (aurat) yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu semua kepada ALLAH, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung".
QS.Al-Ahzaab (33) : 59 > "Wahai Nabi ! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu & istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu. Dan ALLAH Maha Pengampun, Maha Penyayang".
Ayat-ayat dari Al-Qur'an mengandung 2 perintah utama:
1. Perempuan muslim tidak boleh menunjukkan kecantikan atau perhiasan mereka kecuali apa yang tampak oleh faktor-faktor yang tak terkendali missal : angin meniup pakaian mereka.
2. Penutup kepala (jilbab) harus ditarik (lebar) sehingga menutupi rambut, leher, dan dada.
Jelaslah bahwa ke 2 ayat tersebut menunjukkan bahwa ALLAH telah mewajibkan kepada wanita yang beriman supaya mereka menggunakan jilbabnya.
Jilbab itu hukumnya wajib bagi wanita yang mengaku dirinya beriman & pemeluk Dienul-Islam.
Jilbab itu hukumnya wajib untuk wanita yang mukminat dan tidak dapat di bantah lagi. Karena wajibnya wanita Muslimah mengenakan jilbabnya menyebabkan Nabi Muhammad Saw tidak mau perduli dan bahkan berpaling dari wanita yang tidak mau memakai jilbab. Bahkan Nabi Muhammad Saw melaknat para wanita yang tidak mau berjilbab.
Perempuan yang tidak Wajib berjilbab (sunnah) :
Untuk wanita yang lanjut usia (yang terhenti dari haidh) mengenakan jilbab hukumnya sunnah .
Begitu juga anak kecil (anak yang dibawah umur 7 tahun) > QS.An-Nuur (24) : 60, ALLAH berfirman : “Dan wanita-wanita yang sudah tua & tidak mengharapkan perkawinan lagi, tiada salahnya mereka menanggalkan pakaian (luar) & tidak menampakkan perhiasannya, tetapi berlaku sopan itu lebih baik bagi mereka. Dan ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Memakai Jilbab itu diwajibkan bagi wanita Muslimat, sama dengan kewajiban-kewajiban yang lainnya, seperti : Shalat, puasa, zakat, dan lain-lain.
Dalam arti kata : JILBAB itu hukumnya WAJIB, apabila tidak dilaksanakan maka ia berdosa, apabila dilaksanakan ia berpahala.
Dengan kata lain : JILBAB mempunyai sangsi yang besar apabila tidak dilaksanakan sama seperti dengan shalat, puasa, zakat, dan lain-lain. Semua itu WAJIB bagi wanita muslimat yang beriman.
Cara memakai baju & hijab (jilbab, kerudung) yang benar untuk perempuan muslimat:
1. Baju & jilbab yang menutupi seluruh tubuhnya (kecuali muka dan ke 2 telapak tangan).
2. Baju yang bukan untuk perhiasan kecantikan & tidak berbentuk pakaian aneh yang menarik perhatian & tidak memakai parfum.
3. Baju & jilbab tidak tipis sehingga tampak bentuk tubuhnya.
4. Baju & jilbab tidak sempit/ketat sehingga tampak bentuk tubuhnya.
5. Baju tidak memperlihatkan betisnya/kakinya, atau tidak memakai celana panjang yang membentuk kakinya. Ke 2 telapak kakinya juga harus ditutup > Memakai kaos kaki.
6. Tidak memperlihatkan rambutnya walaupun sedikit. Tidak memperlihatkan lehernya.
7. Bajunya tidak menyerupai laki-laki & tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir/yang tidak Islami.
Adapun ALLAH Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu bukan berarti dengan kasih sayang itu ALLAH mengizinkan kita melanggar ketentuan ALLAH. Tetapi yang di maksud adalah > ALLAH mengasihani para wanita muslimat yang belum berjilbab karena belum tahu hukumnya, dan memerintahkan para perempuan untuk segera bertaubat & segera memakai jilbabnya.
PERINGATAN :
Untuk teman-teman yang sekarang teman-teman, saudara-saudara, kerabat-kerabat, kakak/adik, ibu, keluarga perempuannya sekarang sudah memakai jilbab sangat dianjurkan untuk tidak meng-upload & mem-publishkan foto-foto mereka yang belum memakai jilbab karena sama saja kita membuka aurat (aib) mereka. Jika kita melakukan hal ini maka kita sangat berdosa, karena kita memamerkan aurat perempuan yang wajib kita tutup.
Nabi Muhammad Saw bersabda : 'Orang yang menutupi aib (kesalahan > buka aurat) orang lain di dunia, niscaya ALLAH menutupi aibnya pula kelak di hari kiamat'. (HR.Muslim)
Mohon maaf jika ada salah penulisan/keterangan, karena yang benar hanya dari ALLAH, dan yang salah dari kami sebagai hamba ALLAH.
Semoga ALLAH selalu menolong, membimbing, melindungi para perempuan yang belum memakai jilbab untuk segera bertaubat & segera memakai jilbab. & Semoga ALLAH melindungi & memberkahi para perempuan yang sudah memakai jilbab.
Aamiin Ya Robbal 'Aalamiin.
Jumat, 19 Februari 2010
KEUTAMAAN MEMBACA SURAH AL-KAHFI
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Dear Ikhwan dan Akhwat dalam iman,
• Nabi Muhammad Saw berkata: "Barangsiapa yang membaca surah al-Kahfi pada malam Jumat, akan memiliki cahaya yang akan meregangkan antara dirinya dan Rumah ALAH (Ka'bah)".
"Barangsiapa yang membaca surah al-Kahfi pada hari Jumat, akan memiliki cahaya yang akan bersinar dari dia dari 1 Jumat ke Jum'at selanjutnya". (al-Hadist).
• Nabi Muhammad Saw bersabda : “Siapa yang menghafal 10 ayat dari awal surah al-Kahfi, dia terpelihara dari bencana kejahatan Dajjal”. (HR.Muslim)
Semoga kita dapat membaca & menghafal surah al-Kahf karena ALLAH.
Semoga ALLAH mencintai, melindungi, menerima amal & ibadah kita, dan memberkahi kita.
Aamiin Ya Robbal 'Aalamiin.
Jumat, 12 Februari 2010
Cerutu "ayah"
Alkisah suatu ketika, ada seorang anak yang menangis menemui guru kesayangannya. Sang anak rela berjalan jauh mendatangi rumah gurunya tersebut. Anak itu berumur sekitar 12 tahun. Namanya Ade.
“Pak Guru, aku benci pada Ayahku!... Benci sekali!” teriaknya sambil mendekati gurunya.
“Tenang dulu Ade... tenang...” sang guru mencoba menenangkan Ade, anak yang menangis tersedu-sedu, sambil memeluk dirinya.
“Kenapa Ade membenci Ayah? Coba katakan dengan tenang.”
”Pak Guru, Ayah sering membentakku... Ayah sering menjewerku! Baru saja, saya dimarahin... Pokoknya aku benci dia!” jawab Ade sambil menangis.
”Tenang, dulu Ade...”, ucap Gurunya, sambil mengambil sebuah kertas dan pena, yang kemudian di berikan kepada Ade.
”Coba Ade tuliskan di kertas ini, apa saja kekurangan Ayah Ade, sejak Ade masih kecil hingga sekarang...” kata sang guru kepada Ade. Ade terheran-heran sambil mengusap air matanya. Dia menatap kertas yang disodorkan gurunya.
Perlahan-lahan Ade mulai menuliskannya satu persatu kekurangan Ayahnya. Ayahnya yang suka membentak, suka menjewer dia, dan marah-marah. Dia tulis satu persatu dalam kertas tersebut.
”Sudah Ade?... Kalau sudah, sekarang coba tuliskan segala kelebihan dan kebaikan Ayahmu, sejak Ade masih kecil sekali hingga sekarang... Ayo, tuliskan...” pinta gurunya.
Sejenak Ade berfikir, dengan pandangan condong keatas, mencoba mengingat masa lalunya. Hingga satu persatu ia tuliskan kelebihan dan kebaikan ayahnya. Ayahnya yang suka membelikan dia mainan, mengajak bermain di taman, menggendongnya, membelikan es krim, menemaninya belajar, dan lainnya.
”Sudah Ade?” tanya sang guru dengan halus. Adepun menganggukkan kepalanya, sambil menatap wajah sang guru.
”Nah coba perhatikan, ternyata jauh lebih banyak kebaikan dan kelebihan Ayahmu, dibandingkan kekurangan dan keburukan Ayahmu. Lalu kenapa Ade masih membenci beliau? Harusnya Ade, bersyukur kepada Allah, karena diberikan Ayah yang mencintaimu.”
”Tahukah Ade, ketika engkau masih berada dalam kandungan ibu. Ayah sangat senang mendengar bahwa beliau akan menjadi ayah. Beliau memberitahu kepada seluruh temannya. Dengan bangga dia bercerita bahwa ia akan menjadi bapak. Anak ini Insya Allah akan menjadi anak yang sholeh atau sholehah, berguna bagi Agama, bangsa dan negara. Itulah kata-kata yang dicapkan Ayahmu kepada teman-temannya”
”Tahukah engkau, ketika ibumu akan melahirkan dirimu? Beliau pontang panting mencari bidan terbaik, agar engkau lahir di dunia ini dengan sehat dan sempurna. Beliau tak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Hingga tiba saatnya beliau menangis bahagia ketika melihat dirimu lahir dengan sehat. Sujud syukur dia lakukan tuk mensyukuri karunia-Nya, sambil berdoa agar dirimu menjadi anak yang sholeh, dan berbakti.”
”Tahukah engkau, ketika engkau masih bayi, Ayahmu dan Ibumulah yang membersihkan kotoranmu. Ketika engkau sulit bernafas karena pilek, beliau yang menyedot kotoran hidungmu dengan mulut beliau...”
”Pasti engkau ingat Ade? Ketika engkau harus sekolah, beliau harus membelikan seragam, buku, sepatu, dan lain-lian untukmu. Tahukah engkau Ade, bahwa beliau harus hutang sana sini untuk membelikan itu semua. Beliau merelakan bekerja seharian untuk membayar hutang-hutang itu.”
”Lalu, apakah pantas Ade membenci Beliau?” tanya sang guru.
Ade menunduk, dan air matanya mengalir kembali. ”Tidak pantas Pak Guru.” jawabnya lirih sambil tersedu-sedu.
”Nah, pulanglah segera. Pasti beliau sedang mencarimu kemana-mana karena mengkhwatirkanmu. Minta maaflah kepada Beliau. Dan berjanjilah akan menjadi anak yang sholeh yang berbakti kepada orang tua.”
”Tok... tok... tok... Assalamualaikum!” tiba-tiba terdengar seorang tamu mengetok pintu rumah.
“waalaikum salam!” Pak Guru segera membukakan pintu.
Ade terperanjat kaget melihat seorang pria yang berada di depan pintu itu. Adepun langsung beranjak berdiri dan memeluknya. Ya, tamu itu adalah ayahnya yang sedang mencari Ade. Sang Guru hanya menatap terharu melihatnya mereka berdua berpelukan.
~~~
Sahabatku, mungkin kisah ini sama dengan pengalaman kita kepada Ayahanda kita. Mungkin ada diantara kita yang masih membenci Ayah kita, karena sikapnya yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sudahkah engkau mengingat jasa beliau kepada kita, sebelum mengingat kekurangan beliau?
Sahabat, ketahuilah... Ayah kita adalah sebaik-baik lelaki yang mencintai kita. Mungkin sikapnya tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi yakinlah, jangan pernah meragukan, akan ketulusan dan kebesaraan cintanya kepada kita. Yakinlah itu sahabat.
Terimakasih, telah membaca. Semoga bermanfaat.
Minggu, 07 Februari 2010
Permohonan DONATUR TETAP
Jakarta, 7 Februari 2010
Nomor : 002 / IRBAMA / II / 2010
Lampiran : 1 Berkas
Perihal : Permohonan Donatur Tetap IRBAMA
Kepada Yth,
Bapak / Ibu / Saudara (i)
"SENIOR IRBAMA"
Di tempat.
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT, Robb semesta alam, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Tiada patut ada penyembahan selain kepada-Nya, tiada hara kecuali keridhoan-Nya, tiada cinta yang patut dinantikan kecuali cinta-Nya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rosulullah SAW, hamba yang paling mulia, imam bagi seluruh umat manusia, seorang rosul yang kecintaan-Nya senantiasa mengiringi langkah para mujahid dan mujahidah yang hanya mengharap kehidupan mulia atau mati syahid.
Dengan ini kami atas nama Pengurus Ikatan Remaja Masjid Baitul Amal membeitahukan bahwa mengenai dana donatur bulanan yang kami terima masih kurang mencukupi, Untuk itu kami mohon bantuan dari para senior IRBAMA untuk dapat menjadi DONATUR TETAP yang bersedia untuk memberikan sumbangsihnya berupa dana pada setiap bulannya demi lancarnya syiar Islam dalam setiap kegiatan-kegiatan kami.
Untuk misi IRBAMA di kepengurusan baru ini yaitu untuk dapat lebih mengoptimalkan kemampuan remaja Islam dalam mencipkatan masjid sebagai sarana pendidikan, kesenian, dan sosialisasi keagamaan dalam bersamsyarakat.
Hanya ini yang dapat kami sampaikan semoga rekan-rekan senior dapat lebih membantu dalam setiap kegiatan-kegiatan kami, Atas perhatian dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
PENGURUS IKATAN REMAJA MASJID BAITUL AMAL
MUHAMMAD TAKWADI
Ketua Umum
CHANDRA KUSUMA
Sekretaris
Jumat, 05 Februari 2010
Janjimu Adalah Utangmu
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu.” (Al-Maidah: 1)
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Segala perilakunya terjaga dari kekurangan dan keburukan. Sepak terjangnya memberi manfaat buat lingkungan sekitarnya. Pepohonan hijau lestari dalam kekuasaannya. Hewan-hewan tak terzalimi dengan tangan-tangan mukmin itu. Dan manusia sekitar merasa senang dengan kehadirannya.
Siapapun, yang di langit dan di bumi, akan menaruh simpati pada seorang mukmin sejati. Hampir tak satu pun buah amal yang dihasilkan muncul sia-sia. Tak ada yang mentah bergetah. Dan tak ada yang busuk berbau. Ucapannya begitu menyejukkan telinga yang mendengar. Dan janjinya begitu terpelihara.
Betapa beraninya seorang manusia yang mengobral janji. Seolah, tak pernah ada pertanggungjawaban dari janji yang ia sebar. Padahal, tak satu pun janji yang keluar dari lisan seorang kecuali sebuah utang yang harus dibayar. Seberapa besar dan sekecil apa pun, janji akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt.
Sungguh mulia baginda Rasulullah saw yang terkenal dengan sifat Al-Amin. Siapa pun yang pernah bergaul dengan beliau akan merasa puas, aman, dan hormat. Tak sekali pun Rasul mulia itu berdusta, walau dalam canda. Tak pernah terucap janji dari lisan beliau kecuali tertunaikan dengan sempurna. Tak ada satu amanah pun terpikul di pundak beliau, melainkan terlaksana memuaskan. Semuanya bergulir lancar, tanpa cacat.
Tak sedikit manusia yang lupa, lalai. Kesibukan duniawi telah menelantarkan seribu satu janji yang pernah terucap. Badai ambisi dan obsesi telah menenggelamkan semua kerikil janji: besar dan kecil. Kasih sayang Allalah yang telah menghidupkan kesadaran hamba Allah akan janji-janji mereka.
Betapa banyak janji yang telah terucap dari mulut seorang manusia. Ada janji-janji pasti yang terikrar sejalan dengan rute hidup yang telah ditempuh seorang anak Adam: janji pada Allah, jamaah dan dakwah, janji sebagai seorang yang mengemban amanah, sebagai suami atau isteri, sebagai orang tua kepada anak-anak, dan sebagai anggota masyarakat. Ada juga janji-janji lain yang lahir bersamaan dengan pergaulan sesama manusia.
1. Janji pada Allah
Sudahkah kita tunaikan janji kita pada Allah swt. Ucapan dua persaksian seorang mukmin kepada Allah dan Rasul adalah janji. Bahwa, tidak ada ilah selain Allah. Dan Muhammad sebagai utusan Allah.
Benarkah persaksian sakral itu telah kita jaga dengan seluruh kesungguhan. Masihkah kita menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita takuti selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita cintai selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita ikuti aturannya selain aturan Allah swt. Sudahkah kita letakkan sosok teladan bagi diri kita pada Rasulullah saw. Atau, ada idola-idola lain yang dengan penuh keridhaan tertancap kuat dalam hati kita yang paling dalam. Benarkah ungkapan cinta dan pengorbanan kita buat Allah dan RasulNya hanya sekadar hiasan bibir. Ungkapan yang sering terdengar, tapi berat dalam pembuktian.
Kita pun sering berucap janji lain pada Allah. Saat shalat, ada janji terucap. Tak kurang dari tujuh belas kali janji itu mengalir dari lidah kita. “Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.”
Benarkah? Benarkah seluruh diri kita secara khusyuk tunduk dalam ibadah hanya pada Allah. Benarkah hati kita hadir dengan seluruh keikhlasan pada Allah. Hanya karena dan untuk Allah. Atau, masih ada bayang-bayang lain selain Allah. Bagaimana mungkin seorang hamba Allah bisa menuntut terkabulnya doa secara sempurna, sementara nilai ibadahnya hanya separuh. Sebagian buat Allah, dan sisanya tercecer ke hal-hal lain: ingin dibilang saleh, dipuji, dihormati.
2. Janji pada Jamaah dan Dakwah
Sebagian besar sahabat ada yang telah berjanji setia pada Rasulullah. Janji setia atau bai’ah itu menjadi pagar yang senantiasa menjaga kelurusan jalan dakwah yang mereka tempuh. Kala tarikan-tarikan kepentingan duniawi mulai menggiring mereka ke jalan lain, janji bai’ah itu menjadi ingatan.
Mungkin, ada di antara kita yang sudah berjanji setia untuk istiqamah dalam jalan dakwah. Sungguh, janji setia itu adalah utang. Kalau ia tertunaikan dengan baik, kebaikan itu akan berpulang pada pelaku itu sendiri. Dan jika terkhianati, buruknya pengkhianatan itu pun akan berbalik pada sang pelaku. Semoga, Allah menjauhi kita dari jalan tempuh yang kedua itu.
Allah swt mengabadikan peristiwa bai’ah nan penuh makna itu dalam surah Al-Fath ayat 10. “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janji maka akibat pelanggaran itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”
3. Janji pada Isteri
Berhati-hatilah buat mereka yang sudah menikah. Secara sadar dan disaksikan orang banyak, para suami telah menyatakan sebuah janji. Bahwa, mereka akan mempergauli isteri-isteri mereka dengan cara yang baik. Dan tidak akan lalai dari pemberian nafkah kepada isteri, baik yang lahir maupun batin.
Itulah janji pada isteri. Suatu saat, Allah swt yang juga diatasnamakan dalam janji itu akan minta pertanggungjawaban para suami. Sudahkah para suami menepati janji itu. Adakah ucapan itu benar-benar janji yang bermakna tinggi. Atau, hanya sekadar basa-basi formalitas. Dan akan terlupakan dalam hiruk-pikuk rutinitas kehidupan berumah tangga.
Pada saatnya, nilai janji seorang suami menjadi luntur dengan gerusan romantisme cinta sesaat. Itulah mungkin, kenapa ada seorang suami yang tega-teganya menelantarkan tanggungjawab sebagai suami hanya karena kebutuhan sesaat. Semoga Allah swt senantiasa menguatkan hati hamba-hamba Allah yang amanah dengan isterinya.
4. Janji pada Anak
Seringkali, seorang ayah atau ibu memberikan janji karena ingin mengalihkan perhatian anak. Mereka tidak sadar, kalau semua ucapan janji itu terekam kuat oleh anak. Ada anak yang berani menuntut. Tapi, tidak sedikit anak yang memendam kecewa. Suatu yang oleh orang tua remeh, padahal buat anak teramat besar.
Dari situlah, anak-anak belajar tentang janji. Seberapa suci dan tingginya sebuah janji sangat bergantung pada kepentingan. Anak-anak menyimpulkan bahwa janji hanya permainan. Bisa ditepati, bisa juga tidak. Tergantung pada kepentingan yang berjanji. Jika kepentingannya sudah terpenuhi, janji tinggallah janji: hanya ucapan basa-basi. Kelak, anak-anak akan mewariskan tabiat buruk itu.
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu, mereka yang senantiasa menjaga amanah dan janji yang telah terutangkan. Maha Benar Allah dalam firmanNya pada surah Al-Fath ayat 10. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya… Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.”
Langganan:
Postingan (Atom)